YOGYAKARTA – Sebagian besar kematian penderita kanker payudara disebabkan efek metastasis dari pada efek tumor primer. Diperkirakan sebanyak 40 persen pasien kanker payudara meninggal karena faktor metastasis. Karena itu identifikasi adanya sel-sel yang telah bermetastasis sedini mungkin sangat penting.
Demikian diungkapkan dr Ahmad Ghozali SpPA(K) dalam ujian terbuka promosi doktor di Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Gadjah Mada (UGM), Selasa (31/1/2017). Penelitian mengambil 120 sampel kasus kanker payudara di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) selama tahun 2008 – 2014 di RSUP Sardjito Yogyakarta.
Lebih lanjut Ahmad Ghozali mengatakan kanker payudara umumnya ditemukan pada usia muda dan stadium lanjut sebagai penyebab kematian tertinggi pada wanita. Tingginya risiko kematian disebabkan kecenderungan tumor primer yang menjalar ke organ paru, hati, tulang dan otak.
Dosen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran UGM ini mengatakan pertumbuhan dan progresivitas kanker payudara sering dihubungkan dengan peran sel punca kanker dan persinyalan Notch1. Notch1 adalah protein membran yang terekspresi pada sel penerima sinyal sehingga bekerja sebagai reseptor.
Untuk mengetahui hubungan keberadaan sel punca kanker dengan ekspresi gen Notch1, Ahmad Ghozali melakukan penelitian terhadap 120 sampel. Menurutnya, penelitian ini juga untuk mengetahui patogenesis kanker payudara melalui keberadaan sel punca kanker, persinyalan Notch1 dan miRNA-200c.
Dari penelitian tersebut, kata Ghozali, diketahui usia termuda penderita kanker payudara di DIY adalah 22 tahun, sedangkan tertua 73 tahun dan rerata umur 49,2 tahun. “Sekitar 69 persen pasien kanker payudara adalah kelompok umur 40-60 tahun, di bawah 40 tahun sebanyak 11,1 persen dan di atas 60 tahun sebanyak 15,1 persen,” kata Ahmad Ghozali.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa persinyalan Notch1 sebagai penyebab tuingginya prevalensi sel punca. Ada kecenderungan ekspresi gena Notch1 yang tinggi akan mensupresi ekspresi miRNA-200c. “Tingginya aktivitas Notch1 dan tersupresinya miRNA-200c dimungkinkan miRNA-200c digunakan sebagai terapi kanker payudara,” katanya.
Penelitian ini, kata Ghozali, masih merupakan penelitian awal. Sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut dengan lebih banyak melibatkan macam faktor yang berperan dalam regulasi sel punca kanker dan proses karsinogensis kanker payudara.