METRO, JOGPAPER.NET — Prof Dr Edy Suandi Hamid, MEc, Wakil Ketua Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan Pengembangan (Diktilitbang) PP Muhammadiyah menandaskan perguruan tinggi (PT) wajib melakukan inovasi dalam pembelajaran. Perguruan Tinggi harus menyesuaikan dengan kemajuan teknologi informasi.
“Sudah acap kali muncul di media cetak dan beredar luas di Medsos (media sosial) di Tanah Air. Ancaman bunuh diri massal PT akan terjadi, jika PT masih berjalan biasa, mengikuti jalur masa lalu, tidak melakukan inovasi-inovasi, metode pendidikan yang kaku dan tidak mendorong kreativitas, dan hanya mengandalkan metode pendidikan tatap muka,” tandas Edy saat memberikan sosialisasi pembelajaran jarak jauh di Universitas Muhammadiyah Metro, Lampung, Ahad (1/12/2019).
Menurut Edy, jika cara lama masih diterapkan, para calon mahasiswa akan menjauh dan seleksi alamiah bakal terjadi. “Perguruan tinggi yang lambat berubah akan tersingkir dengan sendirinya. Perguruan tinggi pun tidak terlalu banyak dibutuhkan jumlahnya, namun bisa saja daya tampungnya tetap meningkat pesat,” kata Guru Besar UII ini.
Lebih lanjut, Edy yang juga Rektor Universitas Widya Mataram (UWM) Yogyakarta ini menerangkan, tantangan perguruan tinggi juga mengacu pada tuntutan perusahaan. Lulusan direkrut tidak hanya berdasarkan ijazahnya, namun juga kompetensi yang dimiliki.
“Langkah beberapa perusahaan raksasa saat ini sudah mulai diikuti dan menjadi trend sebagian besar perusahaan global, di mana hanya lulusan perguruan tinggi yang berkualitas sajalah yang dapat memenuhi kebutuhan mereka,” katanya.
Untuk mengatasi hal ini, sambungnya, perguruan tinggi harus memahami empat peran di era revolusi industri 4.0 saat ini. Pertama, perguruan tinggi harus mempersiapkan SDM (Sumber Daya Manusia) yang kompetitif. Jadikan perguruan tinggi yang kita pimpin merupakan perguruan tinggi yang paling banyak diminati di tempat kita.
Kedua, perguruan tinggi harus menyelaraskan design pendidikan dengan skill yang diperlukan baik bagi pengguna lulusan mau pun karena tuntutan zaman. Ketiga, perguruan tinggi harus ikut mendesain dan mengarahkan jalannya industri 4.0, bukan hanya sekadar mengikuti trend yang ada namun langsung diterapkan.
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) merupakan alternatif dalam memenuhi kebutuhan pendidikan di era revolusi industri 4.0. Bapak-ibu harus paham kenapa PJJ penting bagi perguruam tinggi, yang pertama manfaatnya adalah untuk mobilitas kerja cepat. “Mahasiswa yang ingin kuliah di tempat kita kadang mereka tidak bisa hadir full-time, sehingga diperlukan solusi salah satunya melalui PJJ. Sehingga para mahasiswa bisa kuliah di tempat mereka bekerja,” paparnya.
PJJ yang diterapkan, kata Edy, harus mempertahankan kualitas. Sehingga tidak ada bedanya kualitas pendidikan antara pembelajaran secara dalam jaringan (Daring) maupun konvensional. Perbedaannya, pada media pembelajarannya saja.
Keempat, peran perguruan tinggi harus berfokus pada peningkatan kualitas dan kuantitas riset bagi dosen. “Semakin tinggi jumlah riset bagi perguruan tinggi akan berefek pada banyaknya inovasi-inovasi yang dihasilkan termasuk ikut mendorong mahasiswa dalam berinovasi,” tandasnya.