YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Perusahaan saat ini dituntut tidak hanya membuat laporan keuangan saja, tetapi juga membuat laporan kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR). Sebab perusahaan sudah dianggap sebagai satu organisme yang memiliki tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Arief Rahman, SE, MCom, PhD, Ketua Program Studi Akuntansi Program Magister, Fakultas Bisnis dan Ekonomika, Universitas Islam Indonesia (FBE UII) mengemukakan hal tersebut kepada wartawan di Kampus FBE Condong Catur Yogyakarta, Jumat (25/11/2022).
Topik ini, kata Arief Rahman, menjadi bahasan utama dalam 1st International Conference on Accounting and Finance (1st InCAF) dan 6th National Conference on Accounting and Finance (6th NCAF) yang berlangsung secara hybrid dari Kampus FBE Yogyakarta, Kamis-Jumat (24-25/11/2022). Konferensi yang diselenggarakan Prodi Magister Akuntansi FBE UII ini mengangkat tema ‘New Challenges and Opportunities of Integrated Reporting.’
“Ini menjadi paradigma baru. Tetapi baru Afrika Selatan yang mewajibkan perusahaan menerapkan Integrated Reporting. Di negara lain, termasuk Indonesia juga belum mewajibkan Integrated Reporting,” kata Arief Rahman.
Sedang Ketua Panitia 1st InCAF dan 6th NCAF, Ayu Chairina Laksmi, SE,. M AppCom, MRes, PhD, Ak, CA menjelaskan sejak dirilis Kerangka Kerja Internasional Desember 2013, kecepatan dan skala adopsi pelaporan terintegrasi oleh organisasi terus meningkat. 1st InCAF dan 6th NCAF ini membahas berbagai analisis, perspektif, dan hasil riset dari para akademisi, praktisi, pelaku usaha, dan regulator selaku pembuat kebijakan terkait isu-isu integrated reporting.
“Kegiatan 1st InCAF dan 6th NCAF ini diharapkan memberikan pencerahan dan solusi konstruktif atas persoalan bangsa dan memberikan kontribusi ilmiah yang bermanfaat bagi dunia akademik,” kata Ayu Chairina Laksmi.
Dijelaskan Ayu, ada 141 pemakalah yang terpilih mempresentasikan hasil penelitiannya dalam forum konferensi 1st INCAF & 6th NCAF. Mereka berasal dari berbagai universitas di Indonesia dari Pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua, dan juga universitas luar negeri. Di antaranya, University of Southampton (United Kingdom), University of Pécs (Hungary), Universiti Teknologi MARA (Malaysia), Universiti Malaysia Sabah (Malaysia), Wirtschaftsuniversitat (WU) Wien (Austria), dan Universitat de Barcelona (Spain).
Konferensi ini, tambah Ayu, juga mengajak universitas-universitas lain sebagai mitra. Ada 28 universitas mitra sebagal co-host, satu universitas luar negeri yaitu Nanjing Xiaozhuang University dan 27 universitas di Indonesia. Perguruan tinggi Indonesia yang menjadi co host adalah STIE Sutaadmaja Subang, Universitas Aisyiyah Yogyakarta, Universitas Amikom Yogyakarta, Universitas Andalas, Universitas Atmajaya Yogyakarta, Universitas Bengkulu, Universitas International Batam.
Kemudian, Universitas Islam Bandung, Universitas Islam Sumatera Utara, Universitas Katolik Soegijapranata Semarang, Universitas Lambung Mangkurat, Universitas Muhammadiyah Jember, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Universitas Mulawarman, Universitas Pancasila, Universitas Papua, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Selanjutnya, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta, Universitas PGRI Yogyakarta, Universitas Potensi Utama, Universitas Putra Bangsa Kebumen, Universitas Sam Ratulangi Manado, Universitas Sarjanawiyata Taman Siswa, Universitas Syiah Kuala, Universitas Widyagama Malang, Universitas Yapis Papua.
Pembicara seminar, kata Ayu, Prof Phil Hancock, Director of Student Experience in the UWA Business School, Australia sebagai keynote speaker. Kemudian Zuni Barokah, SE, M Comm, PhD CA, Anggota Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntansi Indonesia (DSAK IAI), Stevanus Alexander Sianturi, Partner, Forensic and Integrity Services EY, dan Rifqi Muhammad, SE, SH, MSe, PhD, SAS, ASPM dari UII.
“Ini merupakan bagian dari ikhtiar kita di mana kita bisa berdiskusi mengenai gagasan dan strategi tantangan utama bagi pelapor terintegrasi saat menerapkan filter materialitas berpusat pada mengidentifikasi pemangku kepentingan utama organisasi,” kata Ayu. (*)