YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Universitas Islam Indonesia (UII) mendapat hibah 6.100 buku dari Suwarsono Muhammad dan isterinya, Lukia. Buku hibah tersebut kini ditempatkan di Pojok SuwarsonoLukia, Perpustaan Pusat UII yang diluncurkan Kamis (22/8/2024).
Peluncuran Pojok SuwarsonoLukia dihadiri Rektor UII, Prof Fathul Wahid ST, MSi, PhD, Wakil Rektor, dan para dekan; Pengageng Kraton Yogyakarta, GBPH Prambukusumo; Ketua Yayasan Badan Wakaf UII; perwakilan BNI Cabang Yogyakarta, BPD DIY Syariah, dan tamu undangan lainnya.
Suwarsono mengucapkan syukur dan terima kasih kepada UII yang mau menerima hibah buku koleksinya. Kini, buku-bukunya berada di tempat yang terhormat, dapat terpelihara, dan insya Allah berguna bagi masyarakat.
Suwarsono mengungkapkan dirinya tidak tahu persis ide mengoleksi buku ini. Namun ketika muda, Suwarsono seorang aktivis LSM Dorowati. Di LSM tersebut, Suwarsono bergaul dengan banyak mahasiswa aktivis. Kalau berdiskusi, mereka berbicara dengan teori yang ndakik-ndakik dan dirinya tidak memahami.
“Saya berusaha mencari tahu dengan membaca buku. Kemudian terkumpul satu, dua buku saat masih kuliah. Saya dulu Ketua Majelis Permusyawaratan Mahasiswa UII. Kemudian saat studi di Amerika Serikat, saya mempunyai profesor. Setiap datang ke rumahnya, bukunya banyak. Oo…begini tho jadi profesor, jadi dosen,” kata Suwarsono.
Saat kuliah di Amerika Serikat, Suwarsono mendapat beasiswa 1.000 USD/bulan. Sehingga mustahil dirinya bisa membeli buku. Namun berkat berkat bantuan isterinya yang juga bekerja di AS dan memiliki gaji 1.500 USD/bulan. “Dari situ saya diberi belanja isteri yang bisa saya gunakan untuk beli buku,” tambahnya.
Ketika buku sudah sampai di Perpustakaan UII. Suwarsono yang berusia 67-68 tahun masih mempunyai rancangan di masa depan. Suwarsono akan menyelesaikan dua buku. “Pertama, buku lanjutan Kapitalisme Religius yaitu Peta Jalan lebih detail kebangkitan peradaban Islam. Kedua, menulis tentang Ideologi Besar Dunia,” katanya.
Sedang Rektor UII mengharapkan hibah buku ini dapat menambah pilihan pembaca perpustakaan UII. “Saya yakin koleksi beliau tidak mudah ditemukan di perpustakaan lain. Sebab koleksi bukunya unik. Ini menunjukkan kalau Pak Suwarsono menggeluti di luar jangkauan. Bisa mendunia, dan itu tidak mungkin dilakukan kalau tidak memiliki dedikasi yang tinggi,” kata Fathul Wahid.
Fathul Wahid menambahkan hibah buku ini juga menunjukkan UII masih menaruh hubungan buku dengan ilmu pengetahuan. “Semoga Pojok Suwarsono Lukia menjadi jujugan, tidak hanya mahasiswa dan dosen UII, tetapi bisa menjakau masyarakat yang haus dengan ilmu pengetahuan, mereka yang haus dan masih memelihara kegelisahan,” katanya.
Peluncuran Pojok SuwarsonoLukia juga diisi dengan diskusi bertema ‘Buku, Intelektualisme, dan Masa Depan Peradaban.’ Diskusi menghadirkan nara sumber Prof Heru Nugroho dari Fisipol Universitas Gadjah Mada (UGM), dan Prof Masduki dari UII.
Heru Nugroho mengungkapkan hibah buku yang dilaksanakan Suwarsono dan isterinya perlu diapresiasi. Sebab buku sewaktu Heru Nugroho kuliah S1, S2, S3, memiliki peranan penting dalam menyelesaikan studi.
“Buku itu bisa menjadi guru yang sabar. Sebab kalau kita tanya-tanya kepada dosen, ada lelahnya dan dosen bisa kehilangan kesabarannya. Buku itu sabar yang bisa menjadi teman, pencerah, dan bisa terus menerus bertanya kepada buku,” kata Heru.
Heru Nugroho menambahkan sekarang eranya sudah berubah. Buku bukan lagi analog dicetak menggunakan kertas, tetapi digital. Karena itu, Heru Nugroho berharap mudah-mudahan perpustakaan masih dikunjungi mahasiswa, dosen dan masyarakat.
Sedang Masduki menambahkan buku menyimpan ilmu pengetahuan. Penulis buku adalah orang yang menyimpan ilmu pengetahuan. Sehingga buku sebagai sarana yang bisa menularkan ilmu pengetahuan kepada yang membacanya. (*)