YOGYAKARTA — Program Studi (Prodi) Farmasi Universitas Islam Indonesia (UII) berkerjasama Himpunan Kimia Bahan Alam Indonesia menggelar workshop dan simposium nasional Kimia Bahan Alam (Simnas KBA) XXIV. Workshop dan simposium yang menghadirkan pembicara pakar dari dalam dan luar negeri ini berlangsung di Kampus UII, Senin-Rabu (17-19/10/2016).
Menurut Ketua Panitia, Tuti Purwaningsih SStat MSi, Indonesia memiliki keanekaragaman sumber bahan alam baik tumbuhan dan organisme laut yang paling tinggi di dunia (megabiodiversity). “Namun pemanfaatan sumber daya alam tersebut belum dilakukan secara optimal,” kata Tuti kepada wartawan di Yogyakarta, Selasa (18/10/2016).
Lebih lanjut Tuti mengatakan tumbuhan dan organisme laut tersebut merupakan sumber bahan alam yang potensial untuk dikembangkan sebagai bahan pangan, kosmetika dan obat. Untuk mengolah potensi tersebut Program Studi Farmasi Universitas Islam Indonesia (UII) bersama Himpunan Kimia Bahan Alam Indonesia menyelengarakan Workshop dan Simposium Nasional Kimia Bahan Alam XXIV dengan tema “Peran Tumbuhan dan Organisme Kelautan dalam Penemuan Obat baru untuk Kesehatan.”
Peserta, kata Tuti, dosen dan peneliti-peneliti kimia bahan alam seluruh Indonesia. Sedang narasumbernya, pakar bidang kajian kimia bahan alam, farmasi dan kedokteran dari berbagai perguruan tinggi terkemuka di dalam dan luar negeri.
“Workshop dan simposium nasional ini secara detail akan membahas perkembangan terkini berkenaan dengan ilmu kimia bahan alam. Diharapkan dapat menjadi media pertukaran informasi dan memperkuat jalinan kerjasama penelitian,” kata Tuti.
Sementara Rektor UII, Dr Ir Harsoyo MSi mengatakan Indonesia patut bersyukur dianugerahi keanekaragaman hayati yang tinggi. Diperkirakan, Indonesia memiliki 25.000 jenis tumbuh-tumbuhan atau lebih dari 10 persen dari flora dunia.
Lumut dan ganggang diperkirakan jumlahnya 35.000 jenis. Tidak kurang dari 40 persen dari jenis-jenis ini merupakan jenis yang endemik atau jenis yang hanya terdapat di Indonesia dan tidak terdapat di tempat lain di dunia.
“Keunggulan hayati ini sangat penting bagi peningkatan daya saing bangsa. Karena itu, dibutuhkan riset dan kajian yang berkelanjutan untuk menggali manfaat di balik keanekaragaman hayati tersebut,” kata Harsoyo.
Penulis : Heri Purwata