YOGYAKARTA — Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Islam Indonesia (UII) berhasil meraih akreditasi A dari Lembaga Akreditasi Mandiri Perguruan Tinggi Kesehatan (LAM – PTKes). Surat Keputusan akreditasi A bernomor 0059/LAM/PTKes/Akr/Pro/I/2017 tertanggal 28 Januari 2017.
Demikian diungkapkan Ketua Program Studi Profesi Apoteker FMIPA UII, Dimas Adhi Pradana MSc Apt kepada wartawan di Yogyakarta, Rabu (8/2/2017). Akreditasi ini akan berlaku selama lima tahun ke depan. Sebelumnya, Prodi ini mendapatkan akreditasi B.
Lebih lanjut Dimas menjelaskan keberhasilan mendapatkan akreditasi A ini berkat kerja keras seluruh civitas akademika Farmasi UII dan FMIPA UII. Juga kerja keras para preceptor dari instansi tempat praktek kerja profesi UII, serta arahan dari organisasi profesi Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) dan Asosiasi Perguruan Tinggi Farmasi Indonesia (APTFI).
Selain itu, kata Dimas, Prodi Profesi Apoteker UII memiliki banyak keunggulan. Pertama, kurikulum telah disesuaikan dengan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI), dan Standar Nasional Perguruan Tinggi (SNPT) dengan integrasi nilai keislaman. Kedua, metode pembelajarannya menggunakan blok yaitu Problem Based Learning (PBL).
“Metode pembelajaran ini menitikberatkan pada pencapaian soft skill mahasiswa melalui aktivitas tutorial dengan metode seven jumps untuk membahas skenario/kasus pembelajaran, praktikum dengan pendekatan kondisi riil praktek di lapangan,” kata Dimas.
Ada enam metode blok yang diterapkan yaitu pertama, blok pengembangan diri keislaman dan profesionalisme apoteker melalui achievement motivation (AMT), Dauroh Alquran, pesantrenisasi, mabit di masjid Ulil Albab, etika dan profesionalisme apoteker, skenario dengan konten keislaman.
Kedua, blok farmasi sains dan industri. Blok ini meliputi pembelajaran praktek sebagaimana di industri farmasi. Ketiga, blok manajemen farmasi yaitu menyusun business plan, praktikum DMI (perencanaan, pengadaan obat secara riil dengan SIM Mini Teaching Hospital).
Keempat, blok pengobatan rasional dan blok kelima compounding dispensing. Kedua blok tersebut meliputi bed site counseling, pasien simulasi dengan sarana laboratorium Mini Teaching Hospital (MTH) untuk mempertajam skill laboratorium dengan simulasi farmasi rumah sakit. “MTH merupakan satu-satunya sarana di perguruan tinggi Indonesia,” ujar Dimas
Mahasiswa berlatih di laboratorium komunitas pada desa binaan. Tugas mahasiswa melakukan need assesment, merancang program, melaksanakan dan mempresentasikan kemudian dibuatkan poster laporan kegiatan atau publikasi. Topiknya adalah polah hidup bersih sehat (PHBS), penyakit kronis, dan pengelolaan sampah. Blok keenam, promosi kesehatan. “Sedang ujian komprehensif dengan metode Objective, Structure Clinical Examination dengan sarana MTH,” kata Dimas.
Keunggulan ketiga, lanjut Dimas, Prodi Profesi Apoteker memiliki sarana berupa ruang tutorial dengan referensi, MTH dalam tahapan menyusun mini teaching industry. Unggulan keempat, pharmacy education unit dan sistem mutu untuk mengembangkan kurikulum, metode pembelajaran, dan melakukan evaluasi.
Keunggulan kelima adalah praktek kerja profesi apoteker yang hampir mencakup seluruh bidang pekerjaan kefarmasian. Yaitu, apotek, Puskesmas, rumah sakit, industri, dinas kesehatan, Balai Besar POM DIY.
“Ke depan, kami akan terus melakukan continous improvement. Serta mengajukan berdirinya Fakultas Farmasi/School of Pharmacy yang merupakan rekomendasi utama dari asesor saat visitasiberlangsung” tandas Dimas.
Penulis : Heri Purwata