YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia (FTSP UII) bekerjasama dengan Sally Below, Moritz Henning, dan didukung Kantor Luar Negeri Republik Federal Jerman, menggelar Proyek ‘Learning from Mangunwijaya.’ Sally Below merupakan penggagas dan kurator platform internasional ‘Encounters with Southeast Asian Modernism’ dan Moritz Henning seorang arsitek dari Jerman.
Sally Below menjelaskan proyek ‘Learning from Mangunwijaya‘ ini bertujuan mengkaji dampak gagasan-gagasan Mangunwijaya terhadap generasi arsitek Indonesia saat ini dan relevansinya dengan perkembangan kontemporer di wilayah tersebut. Melalui lokakarya mahasiswa, pameran di Yogyakarta, film dokumenter, dan simposium online, proyek ini merefleksikan karya Mangunwijaya dan menunjukkan relevansinya dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan kontemporer dan menawarkan solusi terhadap permasalahan masa kini.
“Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari proyek ‘Dipl.-Ing. Arsitek: Arsitek Indonesia lulusan Jerman tahun 1960an’ yang berlangsung di Jakarta pada tahun 2022 dan 2023. Avianti Armand dan Setiadi Sopandi, salah satu pendiri Museum Arsitektur Indonesia, juga tergabung dalam tim kuratorial ‘Learning from Mangunwijaya’,” kata Sally Below saat pembukaan pameran di Langgeng Art Foundation, Yogyakarta, Rabu (31/7/2024).
Pembukaan pameran ‘Learning from Mangunwijaya’ dihadiri Sally Below, Ina Lepel, Duta Besar Republik Federal Jerman untuk Indonesia, dan Prof Fathul Wahid, Rektor UII. Turut hadir Christoph Fischer, Sekretaris Pertama untuk Urusan Pers dan Budaya Kedutaan Besar Republik Jerman; Dr Guido Schnieders, Direktur Deutscher Akademischer Austauschdienst (DAAD) untuk wilayah Indonesia di Jakarta; dan Constanze Michel, Direktur Goethe Institut Jakarta. Pameran arsitektur karya Romo Mangun Wijaya ini akan berlangsun Rabu – Ahad (31/7 – 18/8/2024).
Ina Lepel mengatakan kegiatan ini diselenggarakan sebagai wujud persabahatan erat Jerman dan Indonesia. Peserta sebanyak 50 mahasiswa dari tujuh universitas di lima negara (India, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand), serta kurator dari Jerman dan Indonesia.
“Kementerian Luar Negeri Jerman mendukung proyek ini. Dan saya bangga dan senang sekali sudah bisa menyaksikan proyek ini. Saya melihat kreativitas mahasiswa. Ayo tonton karya-karya arsitektur ini,” kata Ina Lepel.
Sementara Rektor UII, Fathul Wahid mengatakan ini merupakan proyek yang wajib UII syukuri karena melibatkan banyak perguruan tinggi mitra, lintas negara, dan lintas budaya. Fathul Wahid percaya, karya-karya arsitektur akan berdampingan dengan budaya setempat dan bisa meningkatkan pemahaman terhadap lintas budaya.
“Dengan memahami budaya setempat merupakan hal penting menjadi bagian dari warga global untuk mahasiswa. Bagi UII, ini merupakan perluasan perspektif, para dosen, pendamping. Bisa jadi kalian terlewat begitu saja dengan mata pribumi. Tetapi dengan perluasan perspektif akan termaknai dengan baik,” kata Fathul Wahid. (*)