YOGYAKARTA — Rektor Universitas Alma Ata (UAA) Yogyakarta, Prof dr Hamam Hadi MS ScD SpGK memprihatinkan semakin meningkat penderita tuberkolusis (TBC) di Indonesia. Tahun 2016, ada sebanyak 188.330 kasus baru, sehingga semakin mengukuhkan Indonesia menempati urutan kedua jumlah penderita TBC di dunia, setelah India.
Prof Hamam mengemukakan hal itu pada pembukaan Kuliah Tamu Prof Dr Tzay-Jinn Chen dari College of Medicine, Taipei Medical University (TMU), Taiwan di Kampus UAA Yogyakarta, Kamis (30/11/2017). Kuliah dengan tema “Prevention and Control of Tubercolusis and Dangue Fever in the Era Globalization Experience of Taiwan” diikuti utusan Dinas Kesehatan DIY, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Rumah Sakit Umum Daerah di DIY, Rumah Sakit Pendidikan mitra UAA, dosen dan mahasiswa.
TBC merupakan penyakit menular paru-paru yang disebabkan basil mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini ditularkan dari penderita TBC aktif yang batuk dan mengeluarkan titik-titik kecil air liur dan terinhalasi oleh orang sehat yang tidak memiliki kekebalan tubuh terhadap penyakit ini.
Ketika ada pasien TBC masuk rumah sakit, hampir bisa dipastikan ada anggota keluarga lainnya yang tertular penyakit tersebut. Sehingga anggota keluarga lain cepat atau lambat mendapat giliran untuk dirujuk ke rumah sakit.
Penularan TBC, kata Hamam, harus dihentikan agar Indonesia tidak menjadi negara terbanyak se dunia penderita TBC. “Kita akan bekerjasama dengan TMU untuk mengatasi TBC dan DB. Kuliah Prof Tzay-Jinn Chen ini merupakan awal kerjasama,” kata Hamam Hadi.
Selain itu, kuliah ini juga dimaksudkan untuk menambah pengetahuan sesuai bidang ilmu yang dipelajari atau pengayaan pengetahuan. Memperkaya wawasan dan pengetahuan dosen dan mahasiswa. Menjajaki kemungkinan penelitian tentang penyakit tuberkulosis dan demam berdarah dengue.
Sedang Prof Tzay-Jinn Chen yang mantan Deputy Minister of Health and Welfare dan Director General of Taiwan ini menjelaskan dirinya memiliki pengalaman untuk mengatasi penyakit TBC dan DB di Taiwan yang bisa ditularkan ke Indonesia. Salah satu cara untuk mengatasi penularan TBC perlu dilakukan kunjungan secara rutin ke rumah masyarakat untuk memastikantempat tinggal mereka memiliki sanitasi yang baik sesuai dengan standar kesehatan yang ditetapkan.
Selain itu, juga perlu ada sukarelawan yang dididik sebagai trainer of trainer (TOT). Kemudian mereka diharapkan bisa menularkan ilmunya kepada masyarakat lebih luas bagaimana mencegah penularan penyakit TBC. “Saya kira pengalaman penanggulangan TBC di Taiwan sifatnya universal sehingga saya yakin bisa diterapkan di Indonesia,” kata Tzay-Jinn Chen kepada wartawan sebelum presentasi.