YOGYAKARTA — Rektor Universitas Alma Ata (UAA) Yogyakarta, Prof Dr H Hamam Hadi MS ScD SpGK menandaskan santri bukan sesuatu yang harus dialergi atau disingkiri. Sebab santri merupakan mujahid bertugas meneruskan perjuangan Rasullah SAW.
Hamam Hadi mengemukakan hal itu pada peringatan Hari Santri di halaman UAA Yogyakarta, Jumat (21/10/2016). Peringatan Hari Santri yang diisi dengan tadarus Alquran dan Shalawat Nariyah ini diikuti mahasiswa, dosen, dan seluruh pegawai di lingkungan UAA Yogyakarta.
Lebih lanjut Hamam mengatakan santri tidak harus mengenakan peci hitam, atau berkepala plontos, tetapi santri adalah mujahid. “Siapa saja yang mengaku sebagai santri, di dalam hatinya harus ada semangat mujahid. Santri bukan sesuatu yang dialergi atau disingkiri. Kalau alergi dengan santri artinya bukan mujahid,” kata Hamam.
Mujahid, jelas Hamam, adalah penerus perjuangan Rasullah SAW. Mereka tidak lain dan bukan adalah para sahabat, tabi’in dan seterusnya para ulama. “Entah itu ulama yang berada di pondok pesantren (Ponpes) atau di kampus, kedudukannya sama. Selagi keilmuannya dikembangkan dalam rangka berjuang di jalan Allah SWT, meneruskan risalah Rasullah SAW disebut ulama,” kata Hamam.
Santri, kata Hamam, adalah mujahid atau mujahidah. Mujahid kalau laki-laki, tetapi kalau perempuan sebutannya mujahidah. “Mudah-mudahan kita termasuk dalam mujahid dan mujahidah. Muda-mudahan kita juga termasuk mujahidin yang sesungguhnya. Mujahiddin bukan orang yang serba membawa pedang. Tetapi orang-orang yang menggunakan waktunya untuk berjuang di jalan Allah dan risalah Rosullah SAW. Menyempurnakan apa yang belum sempurna untuk memberikan manfaat yang lebih besar di tengah-tengah umat Rosullah SAW,” tandasnya.
Karena itu, pada peringatan Hari Santri dapat meneguhkan hati menjadi mujahid, mujahiddin sebagai penerus risalah Rasullah SAW. Insya Allah pendiri Alma Ata juga termasuk mujahid. Salah satu yang sudah wafat adalah Almarhum Almaghfurllah KH Abdullah Masduki, juga guru para pendiri. Termasuk mahasiswa dan alumni Alma Ata,” katanya.
Penulis : Heri Purwata