YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Rektor Universitas Islam Indonesia (UII), Prof Fathul Wahid ST, MSc, PhD mengajak mahasiswa baru agar menjadi manusia baru dan meninggalkan jejak digital yang buruk. Hal ini penting karena di masa depan kawan atau bos Anda akan menelusuri jejak digital masa lampau.
Rektor UII mengemukakan hal tersebut pada Kuliah Perdana dengan tema ‘Gapai Mimpi, Ukir Prestasi’ yang diselenggarakan di Auditorium Abdul Kahar Mudzakkir Kampus Terpadu Jalan Kaliurang km 14,5 Yogyakarta, Rabu (9/8/2023). Kuliah perdana ini menghadirkan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Prof Dr H Mohammad Mahfud Mahmodin, SH, SU, MIP atau lebih dikenal Mahfud MD.
Fathul Wahid berharap jika dulu mahasiswa baru menikmati merundung orang lain, maka mulai kuliah perdana jadikan hal itu sebagai masa lalu. Sebab perundungan yang dilakukan mahasiswa baru bisa jadi masih menyisakan trauma bagi korban.
Kemudian, lanjut Fathul, jka di masa lampau, mahasiswa baru menjadi penyebar berita bohong dan penyuka ungkapan kebencian, maka mulai hari ini, akhiri. “Jika Saudara merasa perlu, hapus jejak suram tersebut ketika masih terlacak,” harap Fathul.
Fathul memandang penting menghapus jejak digital yang suram di masa lalu. Sebab jejak digital merupakan cermin watak mahasiswa baru di masa lampau. “Bisa jadi, kawan atau bos masa depan Saudara akan menelusur jejak digital masa lampau Saudara. Sadarilah sebelum terlambat. Penyesalan selalu datang kemudian. Mulai hari ini, tanamkan tekad untuk siap meninggalkan masa
suram itu, jika ada,” harapnya.
Masa depan, kata Fathul Wahid membutuhkan manusia dengan karakteristik berbeda dengan masa kini, apalagi masa lampau. Masa depan tidak memberi tempat untuk mereka yang tidak adaptif. Karena itu, mahasiswa harus menyiapkan diri menjadi pembelajar cepat. Kembangkan kemampuan menghubungkan antartitik, antarkonsep, untuk membangun jalinan cerita yang bermakna. “Masa depan tidak menoleransi respons yang lambat. Karenanya, Saudara dituntut belajar menjadi pengambil keputusan yang cekatan dan tangguh,” kata Fathul.
Masa depan, tambah Fathul, tidak menyisakan ruang untuk mereka yang gagap teknologi. Karenanya, mahasiswa baru harus meningkatkan literasi dan keterampilan teknologi. Seharusnya hal ini tidak menjadi masalah bagi mahasiswa baru. Sebab mahasiswa baru merupakan pribumi digital yang sejak lahir beragam teknologi informasi sudah berada dalam jangkauan. “Namun, jika semua kawan Saudara adalah pribumi digital, dipastikan Saudara terlihat bagai intan yang bersinar di antara bebatuan,” kata Fathul.
Masa depan, kata Fathul, bukan milik mereka yang hanya sanggup mengikuti narasi publik seperti buih. Karena itu, mahasiswa baru jangan mudah terbawa apa yang menjadi tren dan viral. Mahasiswa baru wajib melakukan tabayun atau verifikasi dan harus melatih diri menjadi pemikir mandiri. (*)