YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Smart Manufacturing Systems merupakan bagian dari revolusi industri yang dapat mempermudah perusahaan untuk beradaptasi dengan perkembangan zaman. Perusahaan yang lambat dalam mengadopsi teknologi dan proses manufaktur baru akan tertinggal.
Demikian terungkap dalam diskusi secara Daring yang dilaksanakan Program Studi (Prodi) Teknik Industri Program Magister Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia (FTI UII), Sabtu (29/1/2022). Diskusi menghadirkan tiga pembicara yaitu pertama, Ir Muhammad Ridwan Andi Purnomo, ST, MSc, PhD, IPM, Ketua Jurusan Teknik Industri FTI UII. Kedua, Ir Taufik Nur, ST, MT, IPM, ASEAN Eng, Sekretaris Prodi Program Profesi Insinyur Fakultas Teknologi Industri Universitas Muslim Indonesia Makassar. Ketiga, Ir. Andrie Pasca Hendradewa, ST, MT, IPM, Manajer Akademik Keilmuan Program Magister, FTI UII.
Dijelaskan Muhammad Ridwan, smart manufacturing merupakan kombinasi berbagai teknologi dan solusi yang diterapkan perusahaan untuk mengoptimalkan proses manufaktur. Penerapan smart manufacturing akan meningkatkan keuntungan perusahaan secara keseluruhan.
“Dengan bantuan software manufaktur, perusahaan dapat menerapkan smart manufacturing system melalui implementasi teknologi digital disertai dengan praktik dan prosedur yang cerdas sehingga diharapkan meningkatkan kualitas produksi.,” kata Ridwan.
Manufaktur cerdas berfokus kepada pemanfaatan Big Data. Data akan memberitahu pengguna mengenai apa yang harus pekerja lakukan dan berapa lama waktu menyelesaikannya.
Sistem ini akan mendukung industri manufaktur yang cerdas dengan analitik pengambilan keputusan yang cerdas, juga menawarkan wawasan yang berguna tentang memulai proses tingkat bisnis yang penting. Selain itu, dengan opsi visibilitas berteknologi tinggi, memungkinkan tenaga kerja dan manajer untuk memantau serta mengelola proses dari lokasi yang jauh.
Sistem Manufaktur, kata Ridwan, memberikan dukungan terukur dan terjangkau kepada produsen. Penggunaan solusi cloud yang dilengkapi dengan fitur Business Intelligence membantu perusahaan untuk mendapatkan insight menyeluruh seputar performa bisnis sehingga meningkatkan produktivitas dan profitabilitas usaha.
Ridwan mengatakan World Economic Forum/WEF mengeluarkan laporan bertajuk The Future of Jobs Report 2020. Hasil survei, di mana secara global, 43,2% dari jumlah perusahaan yang disurvei mengatakan bahwa mereka akan mengurangi jumlah karyawan saat ini dikarenakan integrasi teknologi dan otomasi.
Dalam survei pekerjaan tersebut, pengusaha mengharapkan jika per tahun 2025 jumlah pekerjaan redundant berkurang 15,4% menjadi hanya 9% dari total tenaga kerja. Akan tetapi di sisi lain profesi-profesi baru dari perkembangan teknologi akan tumbuh dari 7,8% menjadi 13,5% dari total pekerja.
“Tantangan terbesarnya adalah bagaimana mendesain solusi yang sistemik agar investasi besar smart manufacturing dapat berdampak positif dan efektif bagi industri. Kemudian langkah strategis yang harus dilakukan adalah dengan memahami visi dan misi perusahaan, menterjemahkan ke dalam tujuan setiap unit, mengidentifikasi data dan sumber data yang diperlukan dan mendesain smart manufacturing system yang efektif,” jelasnya.
Sementara Taufik Nur mengatakan kehadiran smart manufacturing system menuntut Sarjana Teknik Industri siap beradaptasi dengan lingkungan bisnis yang dinamis., termasuk penggunaan Internet of Think (IoT) dalam smart manufacturing system. “Sarjana teknik Industri paling siap karena telah dibekali dengan ilmu sistem industri dan perekayasaannya,” kata Taufik Nur.