YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Simpul Pemberdayaan Masyarakat untuk Ketangguhan Bencana, Universitas Islam Indonesia (SPMKB UII) baru saja menggelar diskusi 15 tahun gempa bumi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah (Jateng), Rabu (26/5/2021). Peringatan bertema ‘UII Mengenang 15 Tahun Gempa DIY-Jateng’ dilaksanakan bekerjasama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Penaggulangan Bencana Daerah (BPBD), dan Erasmus+ Building Universities in Leading Disaster resilience (BUiLD).
Menurut Dr Dwi Handayani, ST, MSc, Kepala SPMKB UII, diskusi ‘UII Mengenang 15 Tahun Gempa DIY-Jateng’ dimaksudkan untuk mengingat kembali peristiwa gempa bumi yang menelan banyak korban. Korban jiwa kurang lebih 5.000 orang, sedang bangunan rumah sebanyak 71.763 rusak total, 71.372 rusak berat, 66.359 rusak ringan, dan 390.077 rumah roboh.
Banyaknya korban jiwa dan rumah roboh ini disebabkan beberapa faktor. Di antaranya, pertama, gempa terjadi pada pagi hari pukul 05:55 WIB sehingga warga masih berada di tempat tidur masing-masing. Kedua, sebagian besar korban jiwa akibat tertimpa bangunan rumah mereka.
“Rumah-rumah penduduk korban gempa merupakan konstruksi lama, belum dirancang untuk tahan gempa. Sehingga saat terjadi gempa, tembok, kayu dan genting roboh menimpa warga yang masih terlelap tidur,” kata Dwi Handayani.
Sejak tahun 2003, kata Dwi Handayani, UII telah merancang bangunan rumah rakyat tahan gempa (Barrataga) yang dipelopori Prof Sarwidi dan bekerjasama dengan Jepang. Selain itu, juga melakukan pelatihan terhadap Paguyuban Mandor Bangunan Tahan Gempa (Paman Bataga) untuk membuat rumah tahan gempa.
Setelah gempa, dalam proses rehabilitasi dan rekonstruksi, Barrataga yang dirancang Prof Sarwidi dibangun untuk korban gempa. Salah satuya, Barrataga berbentuk dome di Dusun Sengir, Kalurahan Sumberharjo, Kapanewon Prambanan, Kabupaten Sleman, DIY.
Menurut Dwi Handayani, belakangan serangkaian penanganan bencana gempa bumi di Indonesia mengalami pasang-surut. Sangat disayangkan apabila lessons learnt atau pelajaran yang sangat berharga dari gempa bumi yang terjadi di Yogyakarta-Jawa Tengah tahun 2006 ini dilupakan dan mulai tidak didokumentasikan dengan baik.
Kini upaya UII untuk peduli terhadap ancaman gempa bumi terus berlanjut dengan dibentuk SPMKB. Kehadiran SPMKB UII sebagai bentuk kepedulian (awareness) untuk membangun masyarakat Indonesia yang tangguh bencana. Visi SPMKB, menjadi simpul pemberdayaan masyarakat untuk mencapai ketangguhan bencana yang berakar kuat (values), menjulang tinggi (innovation), berbuah lebat (benefits) dan diakui secara nasional maupun internasional (recognition).
Sedangkan misinya, pertama, menjadi center of excellence (simpul) bagi kegiatan-kegiatan bertema kebencanaan di UII. Kedua, menjadi pusat Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Sains (IPTEKS) yang berbasis pada keunggulan UII sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan serta sumber daya manusia.
Ketiga, kata Dwi, menguatkan kolaborasi penelitian dan diseminasi antar pusat studi kebencanaan untuk menjulang kebermanfaatan yang lebih luas kepada masyarakat. Keempat, mencapai rekognisi ilmiah kelas dunia di bidang kebencanaan, serta menghasilkan produk baik ilmu pengetahuan, teknologi, maupun produk inovasi yang berbasis demand.