YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Program Studi Statistika, Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Indonesia (FMIPA UII) menjadi tuan rumah diskusi program pertukaran mahasiswa dan dosen Forum Pendidikan Pendidikan Tinggi Statistika (Permados FORSTAT), Rabu (23/10/2019). Diskusi diikuti 16 pengurus Forstat yang juga dosen dari 12 perguruan tinggi se Indonesia.
Menurut Ketua Prodi Statistik UII, Dr Edy Widodo SSi, MSi, Prodinya bisa menjadi tuan rumah diskusi ini karena UII menjadi salah satu inisiator terbentuknya FORSTAT Indonesia. Selain itu, Dr Raden Bagus Fajriya Hakim SSi, MSi, dosen Prodi Statistika UII merupakan Ketua Bidang Pendidikan di FORSTAT Indonesia.
“Kebetulan UII juga punya pemikiran ke arah itu (membentuk FORSTAT), sehingga kayak gayung bersambut. Ke depan, kita bisa melakukan pertukaran mahasiswa dan dosen sehingga bisa meningkatkan kualitas pendidikan statistik,” kata Edy.
Dijelaskan Edy, peserta diskusi berasal dari pengurus FORSTAT, UII, Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Padjadjaran (Unpad) Badung, Institut Teknologi Surabaya (ITS), Universitas Brawijaya (UB) Malang, Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Universitas Riau (UNRI), Universitas Sebelas Maret (UNS), Universitas Papua (UNIPA), Universitas Muhammadiyah (UnMuh) Semarang, dan Institut Sain dan Teknologi (IST) Akprind Yogyakarta.
Lebih lanjut Edy mengatakan adanya Permados di lingkungan FORSTAT akan memberikan wawasan bagi mahasiswa dan dosen. Dosen dapat menambah kemampuan mengajar, sedang mahasiswa akan mendapatkan pengalaman belajar di perguruan tinggi lain.
“Keuntungan tidak hanya diraih oleh mahasiswa dan dosen UII saja, tetapi juga mahasiswa dan dosen yang tergabung dalam Forstat. Kita bisa saling tukar mahasiswa dan dosen untuk mendapatkan pengalaman yang tidak ada di perguruan tinggi asal,” jelas Edy.
Sementara Fajriya Hakim mengatakan disparitas kualitas perguruan tinggi di Indonesia masih sangat tajam. Sedangkan pola kerjasama di antara perguruan tinggi belum terlihat hasil yang menggembirakan.
“Setiap perguruan tinggi mempunyai keunggulan lokal dan menjadi ciri khas unggulan. Hal ini bisa menjadi daya tarik kerjasama dan pertukaran materi atau model pembelajaran, serta bisa disebarluaskan,” kata Hakim.
Di bawah naungan FORSTAT, lanjut Hakim, perguruan tinggi dapat melakukan kerjasama untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan menciptakan sumber daya manusia (SDM) unggul. Sehingga perguruan tinggi yang tergabung dalam FORSTAT dapat memperkuat daya saing di tingkat global.
“Kerjasama ini memberi peluang besar bagi perguruan tinggi nasional penyelenggara Program Studi Statistika untuk meningkatkan mutu, memperluas akses, dan memperkuat jejaring. Kerjasama ini akan menambah wawasan kebangsaan bagi mahasiswa dan dosen, meningkatkan sinergi antar Prodi Statistika, membangun kapasistas bersama dan memperkuat SDM dalam kancah global,” tandas Hakim.