YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Tim peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) telah berhasil membuat ring jantung atau stent setelah melakukan penelitian selama lebih dari 10 tahun. Menurut rencana, ring jantung yang diberi nama Inastent ini akan diuji klinis tahun 2025.
“Jika tidak ada kendala, kita targetkan Inastent akan dilakukan uji klinis mulai tahun depan,” kata Prof Dr drg Widowati Siswomihardjo, MS, salah satu anggota peneliti usai mempresentasikan hasil risetnya di hadapan tim Direksi Asian Development Bank yang berkunjung ke UGM belum lama ini.
Widowati menjelaskan riset stent jantung ini dimulai sejak 2013 silam dan sudah mendapatkan paten terkait desain dan bahan prototipe ring jantung. Penelitian ini melibatkan 40 orang yang terdiri dari dosen hingga mahasiswa.
Inastent, produk inovasi di bidang kesehatan ini tengah diuji coba untuk dipasangkan pada hewan yang lebih besar. Sebelumnya sudah diuji untuk dipasangkan pada hewan lebih kecil. Apabila berhasil dan tidak menemui banyak kendala, produk ini akan diuji pada manusia atau pasien yang mengalami riwayat penyakit jantung.
Lebih lanjut Widowati menjelaskan riset stent jantung ini terbilang berlangsung cukup lama. Sebab pada awal penelitian membutuhkan proses panjang, terutama dalam pembuatan prototipe dan pemilihan bahan ring jantung dengan melibatkan peneliti lintas disiplin ilmu.
“Kini, bisa dikatakan ada dua inovasi riset yang kita lakukan, terkait bahan metal stent yang sudah dipatenkan sebagai stent generasi pertama. Untuk generasi selanjutnya terkait drug eluting stent,” kata Guru Besar Fakultas Kedokteran Gigi UGM ini.
Soal prospek produk inovasi ini bisa diproduksi massal, Widowati mengaku dirinya tidak terburu-buru mengejar target tersebut dikarenakan memerlukan waktu untuk tahapan uji klinis. “Prosesnya sangat menantang dan sejauh ini hasilnya sudah bagus,” kata Widowati.
Widowati menegaskan jika nantinya produk ini berhasil melalui tahapan uji klinis dan mendapat izin uji edar, produk tersebut diharapkan bisa kompetitif dengan produk impor. “Seharusnya lebih murah dan bisa dicover BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial – Kesehatan, red),” harapnya. (*)