YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Yulianto (45) tidak dapat menyembunyikan kegembirannya. Saat ikan nila yang dipelihara di sawahnya sudah bisa dipanen. Ikan nila yang berumur 2,5 bulan tampak besar, sehat dan banyak anaknya.
Sedang padi jenis M-400 yang ditanam banyak anaknya dan tampak bulir padinya sangat banyak dan berisi. Sehingga diprediksikan panen padi kali ini akan lebih banyak dibandingkan dengan panen-panen sebelumnya.
“Ini baru pertama kali memelihara ikan bersama menanam padi di sawah. Kali ini hasilnya ada ikan dan padi. Sebelumnya, tidak ada ikan dan padi kurang sebagus tanaman kali ini,” Yulianto, petani warga Dusun Cangkringan, Desa Sukoharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) kepada wartawan di sela-sela panen ikan, Kamis (16/8/2018).
Dijelaskan Yulianto, ikan nila peliharaanya bisa hidup dengan baik dan tidak banyak yang hilang karena ada beberapa perlindungan dari atas, samping dan penggunaan pestisida alami daun rondo semoyo (tithonia diversifolia).
Selain Yulianto, juga ada Kabdi yang memelihara udang galah bersama dengan menanam padi. Yulianto memelihara ikan dan menanam padi di atas lahan 1.200 meter persegi. Sedang Kabdi memelihara udang galah dan menanam padi di atas lahan kurang lebih 800 meter persegi.
Keduanya adalah anggota Kelompok Tani Umbul Kemuning yang mendapat pembinaan dari Program Kemitraan Masyarakat (PKM) Budidaya Terpadu Padi Organik bersama Ikan dan Udang Sehat dari Mutiara Herawati, M.Sc., Apt, dosen Program Studi Profesi Apoteker, Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Islam Indonesia (UII).
Menurut Mutiara, ide melakukan program kemitraan ini diilhami adanya potensi dusun tersebut belum tergarap secara optimal. “Desa Sukoharjo, Ngaglik, Sleman dikenal memiliki lahan sawah dengan sumber daya air yang melimpah, namun hal tersebut tidak dimanfaatkan oleh petani secara optimal,” kata Mutiara.
Karena itu, Mutiara tergelitik untuk meningkatkan produksi padi organik, ikan nila, dan udang galah dengan cara intensifikasi lahan sawah. Salah satu teknologi yang digunakan adalah budidaya terpadu padi organik bersama ikan dan udang pada lahan sawah yang sama.
Agar bisa mendapatkan hasil yang maksimal, lahan diberikan jaring sebagai pelindung dari atas, pelindung samping, anti penyakit ikan dan udang. Jaring di atas di maksudkan agar ikan tidak dimakan burung pemangsa ikan dan padi tidak dimakan burung.
Sedang jaring yang ada di tepi tanaman padi atau di atas galengan dimaksudkan agar ikan-ikan tidak dimakan hama pemangsa yaitu regul. Juga padi aman dari hama tikus. “Untuk menjaga kesehatan ikan dan udang kita menggunakan tanaman rondo semoyo (tithonia diversifolia). Tanaman sejenis gulma dan banyak ditemui di Dusun Cangkringan,” kata Mutiara.
Dijelaskan Mutiara, tanaman rondo semoyo dicabut dari tanah kemudian dilayukan di bawah sinar matahari. Setelah tanaman layu, ditebas-tebaskan di atas kolam ikan. “Tanaman ini sebagai antibiotik alami untuk ikan. Terbukti, dari 2.100 ekor nila, yang mati tidak lebih dari 50 ekor, ” ujar Mutiara.
Menurut Arif Budiono, Sekretaris Dewan Pakar Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKT), PKM yang dilakukan dosen Prodi Profesi Apoteker FMIPA ini bisa meningkatkan produksi ikan bagi petani. Selama ini petani memelihara ikan hanya sebagai usaha sampingan sehingga hasilnya tidak optimal.
“Adanya program kemitraan ini produksi ikan di Sleman khususnya, dan DIY pada umumnya akan meningkat. Selama ini kebutuhan ikan DIY dipasok dari daerah lain, ” kata Arif.
Sementara Wilyada, Kepala Seksi Bina Produksi Perikanan, Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman sangat mendukung upaya mina padi ini yang dilakukan dosen Prodi Profesi Apoteker FMIPA UII ini. Dinas Pertanian Sleman sudah menggalakan program mina padi ini sejak tahun 2012. “Tahun 2018 ini, ada 20 hektare yang kita dukung, termasuk kemitraan dengan UII ini,” kata Wilyada.