YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Universitas Alma Ata (UAA) Yogyakarta menjalin kerjasama dengan South East Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO) Regional Center for Quality Improvement of Teachers and Education Personnel (QITEP) in Mathematics (SEAQiM). Naskah kerjasama yang ditandatangani di Kampus UAA, Senin (23/7/2018), bertujuan untuk meningkatkan kualitas dosen dan mahasiswa di Program Studi Pendidikan Matematika.
Naskah Memorandum of Understanding (MoU) ditandatangani Rektor UAA, Prof Dr H Hamam Hadi, MS, ScD,SpGK dan Direktur SEAQiM, Dr Wahyudi di Kampus UAA. Selain penandatangan juga langsung dilakukan implementasi kerjasama dengan menggelar kuliah umum oleh pakar matematika Prof Allan L White dari University of Western Sydney, Austalia.
“Misi kantor kami bergerak pada meningkatkan kemampuan bagi guru-guru matematika se Asia Tenggara. Kuliah umum ini merupakan wujud nyata dari MoU, kami menghadirkan Prof Allan L White dari University of Western Sydney, Austalia.
Pak Allan memberikan kuliah umum dengan topik revolusi industri 4.0 untuk pendidikan matematika,” kata Wahyudi kepada wartawan di sela-sela kuliah umum di Kampus UAA Yogyakarta.
Lebih lanjut Wahyudi mengatakan Prodi Pendidikan Matematika UAA masih sangat muda sekali. Sehingga pihaknya siap bekerjama dengan UAA untuk mengadakan program bersama untuk peningkatan kualitas dosen dan mahasiswa.
“Kami memiliki pengembangan alat peraga, tema kursus-kurus yang kami selenggarakan meliputi realitic mathematic education (pembelajaran matematik dengan alat peraga riil). Kemudian joyfull and meaningfull matematic (memberikan pelajaran matematika bermakna dan menyenangkan),” kata Wahyudi.
Program tersebut, kata Wahyudi, merupakan amanah dari Mendikbud agar membua pelajarant matematika menyenangkan dan bermakna. Matematika bukan menjadi momok para siswa. “Saya harapkan nanti UAA bisa mencetak guru-guru matematika yang menginspirasi, guru yang dikangenin, bukan menakutkan,” katanya.
Rektor UAA, Hamam Hadi, menandaskan pendidikan di era industri 4.0 harus mampu menyiapkan anak didik menghadapi tiga hal. Pertama, menyiapkan anak untuk bisa bekerja yang pekerjaannya saat ini belum ada. Kedua, menyiapkan anak untuk bisa menyelesaikan masalah yang masalahnya saat ini belum muncul. Ketiga, menyiapkan anak untuk bisa menggunakan teknologi yang sekarang teknologinya belum ditemukan.
“Sungguh sebuah pekerjaan rumah yang tidak mudah bagi dunia pendidikan. Untuk bisa menghadapi semua tantangan tersebut, syarat penting yang harus dipenuhi adalah bagaimana menyiapkan kualifikasi dan kompetensi guru yang berkualitas,” tandas Hamam yang juga Ketua Departemen Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) DIY ini.