YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta meluncurkan Salim Said Corner yang ada di Perpustaan Gedung Mohammad Hatta, Kamis (10/11/2022). Salim Said Corner merupakan pojok perpustakaan yang berisi buku koleksi dan wakaf dari Prof Salim Haji Said, PhD.
Peluncuran Salim Said Corner ditandai dengan pengguntingan buntal dan penandatangan pada foto besar oleh Salim Said. Rencana ada 10.000 buku koleksi Salim Said yang dihibahkan kepada UII. Saat ini masih banyak buku yang dipergunakan untuk referensi menulis buku.
“Terima kasih Prof Salim Said dan ibu, yang sudah berkenan menghibahkan 10.000 buku koleksi personal beliau. Saat ini, yang ada di ruang ini sekitar 4.100-an buku. Ada sekitar 6.000-an yang belum kita ambil dan beliau menyatakan akan banyak lagi membeli buku. Mudah-mudahan dihibahkan ke UII,” kata Rektor UII, Prof Fathul Wahid ST, MSc, PhD.
Rektor UII berharap hibah buku ini menjadi amal jariyah Prof Salim Said. Selanjutnya, UII mempunyai amanah untuk merawatnya agar kemanfaatan yang lebih panjang dan luas.
Dijelaskan Rektor UII, buku-buku koleksi Salim Said bisa sampai ke UII berawal dari sebuah Podcast tahun 2020. Saat itu, Salim Said yang diwawancarai Helmy Yahya menyatakan akan menghibahkan bukunya.
“Podcast tersebut ditonton oleh seorang kolega anggota Senat UII, dan kemudian diposting di anggota grup Senat UII. Kami juga dikirimi pesan oleh Ketua Umum ‘Pak Rektor, silakan ditindaklanjuti,’” jelas Fathul Wahid.
Kemudian Fathul Wahid yang belum kenal Salim Said berupaya untuk mencari informasi agar bisa menghubunginya. Selanjutnya, Fathul Wahid menghubungi almaghfurlah Prof Azyumardi Azra dan Prof Didik J Rachbini. Dari keduanya, Fathul Wahid mendapatkan nomor kontak Salim Said.
“Tanggal 20 Desember 2020, saya memberanikan diri menghubungi Prof Salim lewat WA dan direspon. Akhirnya bertelepon menyatakan maksud kami dan Prof Salim berkenan diskusi melalui telepon awal sampai setengah jam. Beliau bercerita mengapa ingin menghibahkan bukunya ke UII,” kata Fathul.
Bulan Januari 2021 ada kesepakatan antara Prof Salim Said dan UII. Fathul Wahid yang didampingi Prof Didik J Rachbini berkunjung ke rumah Salim Said untuk membuat naskah kontrak. Naskah tersebut berisi Salim Said akan menyerahkan 10 ribu buku kepada UII, secara bertahap.
.
Bulan Februari 2021, kata Fathul, Salim Said mengatakan buku siap diambil. Akhirnya, UII mengambilnya. Pengambilan pertama ada sekitar 500 buku. “Sampai hari ini pengambilan sudah kelima kali dan terdokumentasi ada 4.100 lebih buku. Insya Allah nanti kalau sudah terkumpul sampai 1.000 buku, kami akan dikontak lagi,” katanya.
Menurut Fathul Wahid, hibah buku ini merupakan berkah bagi UII. Pertama, koleksi buku Salim Said sangat luar biasa, terpilih secara hati-hati, dan mewakili dari masa ke masa perhatian Salim Said, mulai dari film, militer, hingga Rusia.
“Terakhir beliau sedang menggeluti tentang peradaban dan buku itu masih berada di rumah beliau. Insya Allah kami akan mengambil menunggu perintah beliau,” kata Fathul.
Kedua, UII setuju dan mendukung penuh ikhtiar bagaimana para intelektual dengan koleksi buku yang luar biasa, bisa terketuk hatinya untuk menghibahkan kepada lembaga. “Ketika merasa tidak bisa merawat buku-buku koleksinya maka lembaga-lembaga pendidikan, lembaga riset bisa menjadi tujuan hibah,” harap Fathul.
Menghibahkan buku, kata Fathul, khasanah yang sudah terakumulasi itu tetap akan berlangsung. Selain itu, buku ada yang merawat, dan implikasinya dampaknya akan sangat luar biasa, untuk mengedukasi anak bangsa Indonesia. “UII siap menampung buku-buku hibah dari bapak ibu dan akan merawat sebaik-baiknya,” ujarnya.
Sementara Salim Said mengatakan saat ini dirinya sangat terharu melihat buku-buku koleksinya ada di Perpustakaan UII. Buku tersebut dikumpulkan selama puluhan tahun, sejak mahasiswa sampai sekarang. “Saya senang buku-buku itu terawat baik di sini,” kata Salim Said.
Dijelaskan Salim Said, kebetulan peresmian Salim Said Corner bertepatan dengan hari ini ulang tahunnya ke 79. “Bukan itu yang kita rayakan. Tetapi yang kita rayakan buku-buku saya sudah ada di sini,” katanya.
Salim Said meminta kepada Rektor UII untuk merangsang orang-orang yang mempunyai buku dan tidak lagi memanfaatkannya karena meninggal atau keluarganya tidak bisa merawat agar dihibahkan kepada lembaga-lembaga. “Ada dua pilihan, perpustakaan pribadi dan lembaga pendidikan. Tetapi saya berpikir, kalau buku-buku ini diserahkan kepada lembaga pribadi, tidak ada jaminan kelangsungan. Sehingga saya memilih lembaga universitas,” tandasnya. (*)