YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Lembaga Kebudayaan Embun Kalimasada Yayasan Badan Wakaf Universitas Islam Indonesia (YBW UII) bekerjasama dengan Panitia Milad ke-80 UII menggelar Pameran Manuskrip dari pertengahan abad ke-19 hingga abad ke-20. Pameran yang berlangsung 12-30 Juli 2023 ini mengangkat tema ‘Khazanah Literasi Islam Indonesia: Koleksi Eks-Perpustakaaan Islam.’
Hadza Min Fadhli Robby, SIP, MSc, Direktur Eksekutif Lembaga Kebudayaan Embun Kalimasada menjelaskan tema ini diangkat seiring dengan rendahnya minat baca dan tren literasi yang tidak baik di Indonesia. Berdasarkan survei Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2018, kemampuan membaca siswa Indonesia berada di tingkat 74 dari 80. “Kemampuan baca yang rendah ini makin mengkhawatirkan, apalagi di tengah penetrasi media sosial yang begitu besar di kalangan anak dan kawula muda,” kata Hadza.
Pemeran ini, kata Hadza, bertujuan untuk menyadarkan pengunjung akan pentingnya menjaga budaya literasi. Terutama manuskrip dari ragam zaman, utamanya dari pertengahan abad ke-19 hingga abad ke-20. Manuskrip-manuskrip tersebut bercerita tentang pengalaman hidup masyarakat masa lampau, merefleksikan pandangan pemikir di zamannya, bahkan menjadi katalis yang mendorong perubahan zaman,” katanya.
Lebih lanjut Hadza menjelaskan Direktorat Perpustakaan UII memiliki koleksi manuskrip yang ekstensif. “Lembaga Kebudayaan Embun Kalimasada YBW UII akan menunjukkan beberapa manuskrip penting yang mungkin tidak banyak dikenal oleh banyak orang,” tandas Hadza.
Salah satu contohnya, kata Hadza, manuskrip tulisan Habib Usman bin Yahya, mufti Betawi yang menuliskan satu karya tentang tasawuf dan kemurnian agama. Kemudian manuskrip karya Natsir muda yang berjudul Het Vasten yang bertemakan tentang puasa dan ditulis dalam Bahasa Belanda. Selain itu, beberapa karya manuskrip lain yang cukup penting seperti koleksi Injil terbitan abad ke-19 dan abad ke-20 yang dirilis dalam beragam bahasa, Batak Toba, Arab Melayu, Arab, dan Hokkien,” katanya.
Sementara Rektor UII, Prof Fathul Wahid ST, MSc, PhD mengatakan ada tiga adab orientasi waktu yaitu hormat pada masa lalu, kritis terhadap masa kini, dan optimis menyongsong masa depan. Hormat terhadap masa lalu, salah satu caranya, membaca manuskrip.
Dijelaskan Fathul, dalam Surat Iqro’ yang dibacakan qori, kata Iqro’ dibaca dua kali. Artinya, membaca kedua, ketiga dan selanjutnya di kesempatan yang berbeda, suasana berbeda, sangat mungkin memberikan pemahaman yang berbeda. “Apalagi ditambah dengan perspektif baru. Apa yang kita baca dulu, dan kita tafsirkan A. Tetapi setelah membaca kedua, ketiga kalinya ternyata tafsirnya berbeda dan mendapatkan pemahaman baru,” kata Fathul.
Masa lalu, kata Fathul, mempengaruhi masa kini. Sebab keputusan masa lalu, tradisi masa lalu, budaya masa lalu, impian masa lalu, pilihan masa lalu mempengaruhi keberadaan masa kini. “Siapa kita sekarang karena pilihan-pilihan masa lalu,” katanya.
Menurut Fathul, pemahaman masa lalu dan masa kini tidak selalu rasional. Sesuatu masa lalu, selalu dijaga, dirawat dan dilestarikan, meskipun tidak rasional. Karena kita menghormati masa lalu. “Dengan merawat budaya masa lalu akan memperoleh manfaat lebih di masa kini dan membuat optimis di masa depan,” tandas Fathul.
Sebelum pembukaan dilakukan Orasi Kebudayaan oleh Ajengan Didin Ahmad Zaenuddin, penggiat Studi Manuskrip PP Lesbumi PBNU. Orasi budaya berjudul ‘Mengulik Khazanah Manuskrip di Era Tiktok.’ Ada empat strategi untuk mengulik khazanah manuskrip yakni titik, tutuk, taktik, dan tiktok.
Dalam kesempatan dan tempat yang sama juga dipamerkan Kaligrafi hasil lomba yang dilaksanakan UII bulan Mei 2023 lalu. Pameran Kaligrafi ini mengangkat tema ‘Menjemput Cahaya Merengkuh Ketaqwaan,’ Kaligrafi yang dipamerkan di antaranya, juara pertama atas nama Mahrudin, mahasiswa STAI Al Falah Banjarbaru. Juara dua, atas nama Mumtahanah Najiyah, siswi Madrasah Aliyah Muhammadiyah I Paciran Lamongan, Jawa Timur. Juara tiga, atas nama M Nuril Kahfi, mahasiswa UIN Kiai Haji Achmad Siddiq, Jember Jawa Timur. (*)