YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta menjadi tuan rumah Asia-Pacific Advance Network (APAN) ke-52 yang digelar secara virtual Senin – Jumat (2-6/8/2021). Peserta APAN52 sebanyak 900 orang dari berbagai negara di kawasan Asia Pasifik, Amerika, Eropa, dan Afrika.
APAN merupakan organisasi yang menghubungkan berbagai institusi riset dan pendidikan tinggi melalui jaringan fiber optis privat berkecepatan tinggi di kawasan Asia Pasifik. Selain itu, APAN juga menekankan kolaborasi riset, berbagi pengetahuan, telemedicine, dan mitigasi bencana alam yang berjalan di atas infrastruktur jaringan kecepatan tinggi tersebut.
Menurut Rektor UII, Prof Fathul Wahid, ST, MSc, PhD keberadaan jaringan fiber optis privat berkecepatan tinggi di kawasan Asia Pasifik akan membuka berbagai peluang kerjasama antar negara. Kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah membuka banyak pintu kesempatan dalam hal praktik working from home, e-learning, ecommerce, dan lain-lain yang secara mudah diterima masyarakat luas.
“Kehadiran TIK seperti pepatah Cina yang mengatakan lebih baik menyalakan lilin dari pada mengutuk kegelapan,” kata Fathul Wahid saat menyampaikan sambutan pada sesi pembukaan, Senin (2/8/2021).
Dijelaskan Fathul, minimal ada tiga manfaat TIK dalam masa pandemi Covid-19. Pertama, TIK adalah life savior atau penyelamat hidup, khususnya di masa pandemi yang menekankan efektivitas lebih utama dari pada kesempurnaan. Kedua, TIK merupakan game changer yang mempercepat adopsi teknologi digital di industri 4.0 ini.
“Sehingga Covid-19 tidak hanya dipandang sebagai musibah dan malapetaka. Tetapi juga menjadi berkah bagi mereka yang secara kreatif mampu mengambil faedah TIK untuk pembangunan di masa depan,” kata Fathul.
Ketiga, lanjut Fathul, TIK telah terbukti membuka akses ke khalayak yang lebih luas terhadap layanan internet dan konten yang bermanfaat. Fathul berharap tidak ada yang tertinggal dalam pembangunan teknologi informasi dan berharap acara ini bermanfaat secara pribadi, wawasan akademik, dan relevan secara profesional.
Sedang Prof Jilong Wang, Ketua APAN mengapresiasi kehadiran para akademisi dan partisipan yang mengikuti pembukaan Asia-Pacific Advance Network ke-52 secara virtual. Ia menyampaikan perkembangan teknologi digital yang menghadirkan masyarakat digital sangat membantu dalam hal melangsungkan kolaborasi pendidikan dan penelitian. Tetapi ia tetap berharap agar bisa bertemu dengan para hadirin secara luring di kemudian hari.
Mukhammad Andri Setiawan, ST, MSc, PhD, Ketua Komite Organisasi Lokal menuturkan acara yang digelar secara online, membuka peluang baru bagi banyak orang baru untuk mengenal lebih jauh APAN. Ada 900 partisipan dari berbagai negara di kawasan Asia Pasifik, Amerika, Eropa, dan Afrika.
Pembukaan pertemuan APAN ke 52 dilakukan Dirjen Dikti Indonesia, Prof Ir Nizam, MSc, DIC, PhD, IPU, Asean Eng. Ia mengajak pada masa yang rentan, tidak pasti, dan penuh dengan masalah kompleks seperti saat ini sangat penting bekerja sama memecahkan masalah untuk menyelamatkan bumi dan kemanusiaan.
“Saya berharap kerja sama di kawasan Asia Pasifik dapat diperkuat. Karena kolaborasi adalah kunci untuk saling menguntungkan dan meraih masa depan yang lebih baik demi keberlanjutan pembangunan untuk kita semua,” ucap Nizam.
Pejabat eksekutif TEIN*CC sekaligus Manajer Proyek Asia Connect, Louis Hyunho Choi mengatakan anggota APAN harus terus bekerjasama mencari solusi bersama masalah Covid-19. Sebagai salah satu sponsor, Asia Connect akan terus mendukung mitranya dalam menunjang pendidikan.
Sementara Prof Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP, FACG, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) mengatakan terobosan inovasi perlu digalakkan. Terutama pada sektor pelayanan medis melalui telemedicine atau telemedis menggunakan Pendekatan Pentahelix.
Akademisi, pemerintah, bisnis, media dan komunitas berkolaborasi untuk memastikan keberhasilan jangka panjang dalam menghadapi Covid-19 yang sudah berlangsung lebih dari satu setengah tahun. Ari menguraikan beberapa prestasi Aplikasi Telemedicine yaitu Aplikasi End Corona diciptakan mahasiswa untuk kemanusiaan.
Aplikasi ini berisi informasi tentang Covid-19 seperti statistik Covid-19, cara
melindungi diri, rujukan rumah sakit, info donasi, dan berita seputar corona. Selain itu, ada Aplikasi Temenin (Telemedicine Indonesia) dari Kementerian Kesehatan RI yang ditujukan pada petugas dan ahli kesehatan. Pencapaian lainnya adalah publikasi telemedicine/teleconference dan kursus terbuka online besar-besaran yang telah dilakukan sebelumnya.
Namun, lanjut Ari, ada masalah yang harus ditangani bersama, antara lain infrastruktur internet yang terbatas, keterlibatan terbatas, potensi pelanggaran keamanan, dan kurangnya kerjasama yang terintegrasi.Karena itu, Ari berharap agar para ahli dari bidang kedokteran, IT, ekonomi, dan sektor penting lainnya berkolaborasi untuk menyelesaikan masalah yang sedang berlangsung.
Sedang Dr dr Aria Kekalih, MIT, wakil telemedicine working group yang juga dosen Fakultas Kedokteran UI, mengatakan kondisi pulau-pulau di Indonesia sangat unik dan beragam. Kondisi geografis ini melahirkan tantangan tersendiri dalam hal mengelola koneksi internet agar merata. Keterbatasan akses internet terutama di pinggiran perkotaan masih terbilang rendah yaitu < 5Mbps dan di pedesaan hanya 0,5 Mbps sampai 2 Mbps.
Aria menekankan bahwa selain untuk para siswa, juga perlu berinovasi untuk menciptakan akses yang terjangkau untuk staf sistem pendukung dan insinyur. Karena mereka komponen penting dari pendidikan dan pelayanan medis. “Pertahankan energi kita, optimis, dan kreatif. Seperti yang disebutkan Prof. Ari sebelumnya, Opportunity Behind Crisis,” harap Aria.