UII Wisuda 676 Lulusan dengan Tema Palestina

Rektor, pimpinan dan wisudawan UII mengibarkan bendera Palestina pada wisuda di Auditorium Abdul Kahar Mudzakkir, Sabtu (25/4/2024). (foto : istimewa)
Rektor, pimpinan dan wisudawan UII mengibarkan bendera Palestina pada wisuda di Auditorium Abdul Kahar Mudzakkir, Sabtu (25/4/2024). (foto : istimewa)

YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Palestina menjadi tema Wisuda Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta yang berlangsung, Sabtu-Ahad (25-26/5/2024). Periode ini UII mewisuda sebanyak 676 alumni yang terdiri tiga doktor, 91 magister, 581 sarjana, satu ahli madya. Sejak berdirinya, sampai hari ini, UII sudah meluluskan 126.059 alumni.

“Acara wisuda kali ini dikemas dengan agak berbeda. Tema yang diangkat adalah Palestina,” kata Rektor UII, Prof Fathul Wahid ST, MSc, PhD saat memberikan sambutannya.

Bacaan Lainnya

Fathul Wahid menjelaskan dunia berkarya akan menantang, tetapi semua itu jangan sampai menumpulkan nurani alumni dan menjadi abai dengan sesama. “Saya termasuk yang percaya, semoga juga Saudara, kasih yang kita berikan kepada sesama, justru akan membuka berjuta pintu kebaikan dan kemudahan,” kata Fathul Wahid.

Tema Palestina, kata Fathul Wahid, diangkat untuk mengasah sisi kemanusiaan alumi dengan melihat kesewenang-wenangan terjadi. Momentum ini diharapkan dapat menambah rasa syukur alumni karena hidup di Indonesia yang damai, meski tetap dengan banyak perkerjaan rumah yang menunggu diselesaikan.

“Tema wisuda ini sama sekali tidak dimaksudkan untuk mengusik kebahagiaan Saudara di hari ini. Justru sebaliknya, kisah Palestina berikut justru diharapkan menambah kelezatan nikmat yang kita terima hari ini. Karena apa yang menurut kita sesuatu yang lumrah, ternyata menjadi kesempatan mewah saudara-saudara kita di Palestina,” tandas Fathul Wahid.

Fathul menambahkan, bagi lulusan yang karena kesibukan tidak sempat mengikuti perkembangan mutakhir. Karena itu, Fathul mengungkapkan fakta-fakta yang terjadi di Palestina.

Mengutip data yang dihimpun Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sejak serangan Israel pada 7 Oktober 2023, jumlah korban jiwa di Palestina sudah mencapai lebih dari 35.000 orang, sedangkan lebih dari 79.000 lainnya mengalami luka-luka. Lebih dari 70.000 rumah rusak, dan sekitar 1,7 juta jiwa kehilangan tempat tinggal.

“Sampai hari ini, belum ada tanda-tanda serangan tersebut akan dihentikan, meskipun beragam lembaga dunia sudah berteriak untuk meminta penghentian,” katanya.

Selain itu, ada cerita miris dari penjajahan yang dilakukan Israel terhadap bangsa Palestina. Israel sudah sejak lama menjalankan politik apartheid berupa “tindakan tidak manusiawi yang dilakukan demi membangun dan melanggengkan dominasi oleh satu kelompok rasial terhadap kelompok rasial lainnya, dan secara sistematis bersifat menindas”.

Mereka juga telah melakukan genosida secara bertahap berupa pembantaian besar-besaran secara sistematis terhadap satu atau sekelompok suku bangsa dengan maksud memusnahkannya dari muka bumi.

Saat ini, semakin banyak negara di dunia yang mengakui negara Palestina. Selasa lalu (21/05/2024), Spanyol, Irlandia, dan Norwegia secara resmi menyatakan pengakuan ini yang berlalu efektif mulai 28 Mei 2024. Pengakuan ini telah membuat Perdana Menteri Israel geram.

Indonesia sendiri sudah mengakui secara resmi negara Palestina pada 1988, beberapa saat setelah Palestina diproklamasikan sebagai negara merdeka, pada 15 November 1988. Proklamasi itu dilakukan oleh Yasser Arafat, Pimpinan PLO (Palestine Liberation Organization, Organisasi Pembebasan Palestina) dari Aljazair.

Sebanyak 144 dari 193 negara anggota PBB telah menyetujui Palestina bergabung ke PBB. Meski demikian, sebagian kecil negara lain, tidak menyetujui, termasuk Amerika Serikat, Kanada, Australia, Jepang, Korea Selatan, dan beberapa negara di Eropa Barat. Sampai hari ini, Palestina belum bisa menjadi anggota penuh PBB. Pada April lalu, Amerika Serikat menggunakan hak vetonya untuk menolak usulan tersebut.

Ini menjadi bukti bahwa banyak negara di dunia yang menggunakan standar ganda dalam menyikapi kasus Palestina. Kita menyaksikan hipokrisi atau kemunafikan yang nyata di pentas dunia.

“Hari ini, melalui mimbar ini, saya mengajak semua wisudawan dan hadirin sekalian, untuk meningkatkan empati atas penjajahan yang terjadi di Palestina. Kita bisa sisihkan sebagian rezeki untuk membantu mereka. Banyak lembaga yang menggalang dana. UII juga menggalang melalui UIIPeduli,” harap Fathul Wahid.

UII. kata Fathul, juga sudah sejak lama memberikan beasiswa ke mahasiswa dari Palestina: lima kursi per tahun, meski tidak selalu terpenuhi, karena beragam alasan. UII juga mengirimkan bantuan ke sana, baik melalui Kedutaan Palestina di Jakarta, maupun melalui lembaga kemanusiaan yang beraktivitas di sana, seperti MER-C yang mengelola Rumah Sakit Indonesia di Gaza.

“Kita bisa jika lantangkan suara kita untuk mendukung mereka. Apa yang kita lakukan hari ini adalah bagian dari itu. Kita bisa juga sisipkan doa untuk dilangitkan demi kebaikan dan perdamaian permanen di Bumi Palestina,” kata Fathul. (*)