PURBALINGGA, JOGPAPER.NET — Universitas Perwira Purbalingga (UNPERBA) dan Universitas Terbuka (UT) melakukan kerjasama di bidang perkuliahan dalam jaringan (Daring) dengan memanfaatkan teknologi informasi. Penandatangan nota kesepahaman dilakukan Rektor UNPERBA, Dr Teguh Djuharyanto dan Rektor UT, Prof Ojat Darojat, di Purbalingga, Jawa Tengah, Jumat (8/4/2022).
Penandatanganan kesepahaman tersebut dihadiri jajaran pimpinan UNPERBA antara lain Rektor Dr Teguh Djuharyanto, Wakil Rektor I Dr. Eming Sudiana, Wakil Rektor II Dr. Suprapto, Pembina Yayasan Perguruan Karya Bhakti Purbalingga, Ritno Hendro Irianto, dan Ketua Yayasan Perguruan Karya Bhakti Purbalingga Wisnudi Bargowo. Sedang jajaran pimpinan Universitas Terbuka antara lain Rektor Prof Ojat Darojat, Wakil Rektor I Prof Mohamad Yunus, Wakil Rektor II Prof. Ali Muktiyanto, Wakil Rektor III Dr. Adi Winata, Wakil Rektor IV Dr. Rahmat Budiman, serta Dekan FHISIP Dr. Sofjan Aripin. Tampak hadir pula Bupati Kabupaten Agam, Andri Warman.
Kerjasama UNPERBA dan Universitas Terbuka menitikberatkan pada upaya peningkatan kemampuan tenaga pengajar dalam menyiapkan bahan-bahan ajar dalam kemasan jarak jauh. Selama ini, Universitas Terbuka memiliki pengalaman di bidang pengajaran jarak jauh.
Rektor Universitas Terbuka, Ojat Darojat mengatakan pola pengajaran Daring adalah jawaban bagi UT dan universitas modern atas permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan tinggi saat ini. Dengan pola ini, lanjutnya, tidak ada alasan bagi lulusan sekolah menengah untuk tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi dengan alasan keterbatasan ekonomi maupun geografis.
“Sebab, kemajuan teknologi informasi saat ini telah memungkinkan mereka yang berada di seluruh pelosok Tanah Air dapat menuntut ilmu secara Daring,” kata Ojat Darojat.
Selain itu, kata Ojat, pengajaran Daring juga dapat mengatasi keterbatasan daya tampung perguruan tinggi negeri (PTN), seperti halnya yang dilakukan selama ini oleh Universitas Terbuka. “Di Universitas Terbuka siapapun bisa berkuliah tanpa perlu mengkhawatirkan kekurangan ruang kuliah,” katanya.
Dengan pola pembelajaran Daring, UT yang kini memiliki lebih dari 10 juta peserta didik telah mengentaskan sedikitnya 3 juta alumni. Pola Daring juga telah menjadikan UT sebagai lembaga pendidikan tinggi dengan biaya yang sangat terjangkau, yakni Rp 30 ribu per SKS. “Oleh karena itu, pola pengajaran Daring bisa menjadikan penyelenggaraan pendidikan tinggi menjadi murah, tetapi tidak murahan,” tandas Ojat.
Sementara Bambang Soesatyo, Ketua Pembina Yayasan Perguruan Karya Bhakti Purbalingga selaku pengelola UNPERBA mengapresiasi kerjasama tersebut. Ia berharap kerjasama itu dapat mengoptimalisasi peran dan kontribusi perguruan tinggi melalui implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi.
“Kerja sama ini tidak hanya bermanfaat bagi Universitas Perwira Purbalingga dan Universitas Terbuka. Namun juga menjadi wujud kontribusi dari masing-masing kampus dalam membangun ekosistem pendidikan tinggi yang maju dan berkualitas,” kata Bambang Soesatyo usai menyaksikan secara virtual penandatanganan kerjasama antara UNPERBA dan UT di Purbalingga.
Menurut Bambang Soesatyo yang juga Ketua MPR RI, nota kesepahaman tersebut menjadi sarana implementasi konsep Merdeka Belajar Kampus Merdeka. Yakni menekankan proses pembelajaran yang memberikan kesempatan dan akses pendidikan terbuka bagi masyarakat. Sebab pemanfaatan teknologi informasi harus menjadi media yang dapat menopang penyelenggaraan pendidikan, khususnya di tengah era digitalisasi saat ini. “Sehingga hambatan jarak, ruang, dan waktu, tidak lagi menjadi persoalan,” tandas Bamsoet – panggilan akrab Bambang Soesatyo.
Bamsoet menilai, Universitas Terbuka sebagai perguruan tinggi yang berdiri sejak tahun 1984 dengan mengedepankan platform pendidikan terbuka dan jarak jauh. Sehingga UT memiliki banyak pengalaman berharga yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan sistem pendidikan berbasis teknologi informasi di UNPERBA.
“Khususnya bagi perguruan tinggi yang belum lama didirikan seperti Universitas Perwira Purbalingga,” jelas Bamsoet yang juga pendiri Universitas Perwira Purbalingga tersebut.
Di samping itu, sinergi ini juga menjadi landasan bagi pengembangan kerja sama di berbagai bidang dalam meningkatkan kualitas pendidikan tinggi. Sebab, pendidikan tinggi memiliki berbagai tantangan yang dihadapi. Hal ini meliputi keterbatasan aksesibilitas pembelajaran, serta kemampuan perguruan tinggi menghasilkan alumni berkualitas dan berdaya saing global.
“Salah satu agenda pokok dan prioritas pembangunan nasional 2020-2024 adalah peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing. Perhatian pada kiprah perguruan tinggi telah menjadi keniscayaan, karena perguruan tinggi adalah institusi primer penghasil sumber daya manusia pembangunan. Sebagai pencetak generasi penerus yang akan melanjutkan laju estafet pembangunan nasional, perguruan tinggi adalah tumpuan bagi kemajuan bangsa,” kata Bamsoet.
Saat ini, lanjut Bamsoet, tingkat pendidikan penduduk Indonesia mayoritas masih didominasi oleh penduduk berpendidikan rendah. Di tahun 2021, jumlah penduduk yang menyelesaikan pendidikan pada sekolah menengah atau sederajat tercatat sebesar 29,21 persen, sedangkan lulusan perguruan tinggi hanya 9,67 persen. Meski jumlahnya terus meningkat secara konsisten, Bamsoet menyebut gambaran statistik tersebut masih menandakan banyaknya hal yang perlu diupayakan untuk meningkatkan angka partisipasi.
“Pemerataan akses pendidikan tinggi mengamanatkan bahwa pendidikan tinggi harus dapat dijangkau dan diakses oleh sebesar-besarnya masyarakat, dan bukan menjadi barang eksklusif yang hanya dapat dinikmati oleh sebagian kelompok masyarakat. Karena pada prinsipnya, hak untuk mendapatkan pendidikan adalah hak setiap warga negara yang dijamin dan dilindungi oleh Konstitusi, sebagaimana ditekankan dalam Pasal 28 C ayat 1, Pasal 28 E ayat 1, dan Pasal 31 ayat 1 UUD NRI Tahun 1945,” kata Bamsoet.