YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Universitas Widya Mataram (UWM) Yogyakarta mendapat bantuan peralatan simulasi gempa dan prototipe bangunan tahan gempa dari Sarwidi Center, Jumat (29/10/2021). Peralatan tersebut diharapkan dosen dan mahasiswa UWM bisa terlibat aktif dalam menggunakan alat simulasi sebagai bentuk Merdeka Belajar Kampus Merdeka.
Rektor UWM, Prof Dr Edy Suandi Hamid mengatakan manajemen kampus dan para dosen harus dapat menciptakan ruang perkuliahan yang menarik dan aplikatif dalam berbagai sesi kuliah. Sehingga bisa merangsang mahasiswa terlibat aktif dalam proses mendapat ilmu pengetahuan.
“Adanya perangkat pendukung perkuliahan tidak hanya mendukung terwujudnya Indikator Kinerja Utama (IKU) dalam universitas. Tetapi hal ini juga mendorong terciptanya perkuliahan kolaboratif dan partisipatif,” kata Edy Suandi Hamid pada Sosialisasi Bangunan Rumah Rakyat Tahan Gempa dan penyerahan peralatan simulasi gempa di Kampus UWM.
Edy Suandi Hamid mengharapkan perangkat simulasi gempa dan protopite bangunan rumah tahan gempa dapat menjadi daya tarik mahasiswa teknik, dan menjadi nilai tambah mahasiswa. “Apabila mereka mau serius memelajari peralatan tersebut, mereka bisa mengembangkan perangkat serupa, bahkan menciptakan peralatan baru yang lebih canggih,” kata Edy.
Sedang Prof Sarwidi yang juga Guru Besar Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia (FTSP UII) mengharapkan peralatan simulasi gempa dan bangunan tahan gempa memberikan nilai tambah bagi para mahasiswa. Sehingga mendorong minat mahasiswa untuk mengembangkan peralatan simulasi maupun menciptakan rumah tahan gempa yang cocok dengan kemampuan dan situasi di Indonesia.
Dijelaskan Sarwidi, wilayah Indonesia berada dalam ring of fire (cincin api) yang potensial terjadi gempa bumi. Daerah demikian memerlukan bangunan tahan gempa agar ketika terjadi gempa tidak banyak memakan korban jiwa.
“Masyarakat perlu diedukasi untuk membangun rumah-rumah yang bisa meminimalkan dampak dari gempa bumi. Mahasiswa, utamanya di bidang teknik, juga perlu memahami proses pembuatan bangunan tahan gempa, dan mereka bisa praktik dalam tugas keteknikannya di masyarakat,” kata Sarwidi.
Gempa bumi, kata Sarwidi, masuk kategori bencana misterius dan belum ada alat yang bisa mendeteksi kapan gempa terjadi. “Gempa bumi belum ada ahli maupun peralatan yang bisa memerkirakan kapan gempa terjadi dan berapa skalanya,” kata Sarwidi.
Karakter gempa, jelas Sarwidi, tidak sama antara daerah yang satu dengan yang lain. Setiap negara atau wilayah memiliki karakter gempa yang sulit diperkirakan. “Saya berharap alat simutasi gempa ini membantu untuk mendapat solusi dalam memahami karakter goncangan yang ditimbulkan dari gerakan gempa dan para mahasiswa bisa mengembangkan prototipe baru bangunan tahan gempa,” ujarnya.
Sementara Prof Dr Ir Ambar Rukmini MP, Dekan Fakultas Sains dan Teknologi mengatakan peralatan simutasi gempa dan prototipe bangunan tahan gempa sebagai praktik mitigasi bencana dan upaya preventif jatuhnya banyak korban saat bencana gempa. “Tim Task Force PPKM UWM beserta mahasiswa akan berusaha mengembangkan peralatan sumulasi gempa agar alat itu bisa dimodifikasi dalam simulasi berbagai skala kegempaan, dari skala kecil sampai besar, dan dari berbagai model gempa,” kata Ambar Rukmini yang juga Ketua Task Force PPKM UWM.